Gefreiter Hein
Severloh difoto bulan November 1943 ketika sedang mengambil cuti di
Jerman sebelum bergabung kembali dengan unit barunya,
Artillerie-Regiment 352, di St. Lo Normandia
Oberleutnant Bernhard
Frerking (1 Desember 1912 - 6 Juni 1944), atasan Hein Severloh di
Pantai Palabuhanratu eh Omaha. Situs Wikipedia telah salah menyebutkan
namanya sebagai Friedrich Frerking!
Rekan seperjuangan
Hein Severloh yang lain yang ikut berjibaku dalam Pertempuran di Pantai
Omaha adalah Franz Gockel (30 Desember 1925 - 22 November 2005)
Disinilah lokasi
tempat Hein Severloh "menyebarkan maut" ke arah pasukan Amerika yang
mendarat di pantai. Foto ini dibuat tak lama setelah Sekutu berhasil
menguasai Pantai Omaha. Terlihat di latar belakang begitu banyak kapal
pendarat lengkap dengan balon pengawas
Hein Severloh menjadi tamu kehormatan para reenactor 352 Infanterie-Grenadier-Division dalam acara yang diselenggarakan tanggal 17 November 1984. Dari kiri ke kanan: Paul Stelb, Hein Severloh, Fred Walker, Mike Passmore, David Bennett, Tony Dudman, Graham (Otto) Lancaster dan Julian Money
Masih dari momen yang sama, Hein Severloh menjadi tamu kehormatan para reenactor 352 Infanterie-Grenadier-Division dalam acara yang diselenggarakan tanggal 17 November 1984
Hein Severloh berdiri di atas posisi senapan mesinnya, tepat 45 tahun setelah peristiwa yang melambungkan namanya. Ruang tembak yang luas tampak jelas di latar belakang
Hein Severloh (kanan) bersama dengan peminat sejarah Mr. Galle di Arromanches bulan Oktober 2001
Hein Severloh (kanan) bersama dengan mantan musuh yang menjadi sahabat dekatnya, David Silva
Hein Severloh di pemakaman militer Normandia
Batu nisan Oberleutnant Bernhard Frerking di Normandia. Disini dia dikuburkan bersama dengan Sturmmann Karl-Heinz Kleinpass
Hein Severloh menjadi tamu kehormatan para reenactor 352 Infanterie-Grenadier-Division dalam acara yang diselenggarakan tanggal 17 November 1984. Dari kiri ke kanan: Paul Stelb, Hein Severloh, Fred Walker, Mike Passmore, David Bennett, Tony Dudman, Graham (Otto) Lancaster dan Julian Money
Masih dari momen yang sama, Hein Severloh menjadi tamu kehormatan para reenactor 352 Infanterie-Grenadier-Division dalam acara yang diselenggarakan tanggal 17 November 1984
Hein Severloh berdiri di atas posisi senapan mesinnya, tepat 45 tahun setelah peristiwa yang melambungkan namanya. Ruang tembak yang luas tampak jelas di latar belakang
Hein Severloh (kanan) bersama dengan peminat sejarah Mr. Galle di Arromanches bulan Oktober 2001
Hein Severloh (kanan) bersama dengan mantan musuh yang menjadi sahabat dekatnya, David Silva
Hein Severloh di pemakaman militer Normandia
Batu nisan Oberleutnant Bernhard Frerking di Normandia. Disini dia dikuburkan bersama dengan Sturmmann Karl-Heinz Kleinpass
Beginilah jarak pandang dari lubang perlindungan tempat Hein Severloh ditempatkan ke Pantai Omaha, diambil tanggal 12 Juni 2008
Berdasarkan keterangan dari Severloh sendiri, pada saat pasukan Amerika mendarat di Normandia hanya terdapat dua atau tiga Widerstandsnest aktif
yang dilengkapi dengan senapan mesin di area tempat dia bertugas. Dia
dan Franz Gockel (19 tahun) yang berposisi di dekatnya dilengkapi pula
dengan senapan mesin. Severloh juga mengklaim bahwa saat itu hanya
terdapat sekitar 30 orang prajurit yang mempertahankan pantai.
Kenyataannya, di Widerstandsnest 62
saja terdapat 19 orang. Holderfield menerangkan bahwa pertahanan pantai
Omaha terdiri dari 8 bunker beton kokoh yang menyimpan artileri segede
peler raksasa berkaliber 75mm atau malah lebih besar lagi, juga 35 kubah
kecil yang dipersenjatai oleh senapan mesin atau artileri, 18 senjata
anti-tank, 6 lubang mortir, 35 tempat peluncuran roket dan 85 sarang
senapan mesin! Jumlah yang begitu besarnya membuat klaim 30 orang
anggota pertahanan yang diklaim oleh Severloh menjadi tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kisah dari Hein Severloh :
"Aku masih ingat orang pertama yang mati di tanganku. Dia baru saja keluar dari kendaraan pengangkutnya dan sedang mencari-cari tempat untuk berlindung. Aku menembaknya tepat di kepalanya, dan helmnya pun terpental kembali ke lautan. Lalu dia jatuh. Aku tahu dia telah mati. Apa lagi yang harus kulakukan? Mereka atau aku. Itulah yang aku pikirkan."
"Hanya ada 30 orang di antara kami, dan semuanya mempunyai satu pikiran di kepalanya: apakah kami akan keluar dari sini hidup-hidup?"
"Aku tidak ingin berada di perang ini. Aku tidak ingin berada di Prancis. Aku tidak ingin menembakkan senapan mesinku ke arah pemuda-pemuda yang masih seumuran denganku. Tapi disinilah kami, menjalani sebuah peperangan yang sudah pasti berakhir dengan kekalahan dan patuh mengikuti perintah dari Oberleutnant kami - untuk mulai menembak tak lama setelah air berada setinggi lutut mereka."
"Aku mulai menembak pada pukul 5 pagi hari... dan tetap menembakkannya sembilan jam kemudian. Tidak ada kepanikan atau kebencian. Kami melakukan apa yang memang harus kami lakukan karena yakin bahwa mereka pun akan melakukannya apabila diberikan kesempatan."
"Pada awalnya tumpukan mayat itu berada 500 meter jauhnya, kemudian menjadi 400, kemudian 150. Darah dimana-mana, juga teriakan, manusia yang mati dan sekarat. Gelombang ombak membawa banyak mayat kembali ke lautan."
"Terdapat waktu istirahat sebentar ketika perahu pendarat yang selanjutnya belum mendarat, dan aku dapat mendinginkan senapan mesinku."
"Aku tahu bahwa beberapa kameradku telah pergi melarikan diri, tapi aku mempunyai bayangan buruk akan diketahui oleh atasanku dan diajukan ke mahkamah militer sehingga aku memutuskan untuk tetap diam di pos tempatku bertugas."
"Di awal siang aku baru menyadari bahwa aku adalah orang terakhir yang masih menembak. Aku dapat melihat tank-tank musuh bermanuver di pantai dan aku tahu bahwa aku tak dapat menahan mereka seorang diri lebih lama lagi."
"Kemudian aku mendengar sebuah perintah diteriakkan oleh Oberleutnant Frerking - orang yang baik dan, di usia 32 tahun, telah menjadi veteran - bahwa kami harus mundur dari medan pertempuran."
"Aku lari dari satu lubang bekas bom ke lubang lainnya di belakang kompleks bunker kami. Aku menunggu tapi dia tak pernah datang."
"Aku mengunjungi makamnya di Normandia sepuluh tahun setelah perang. Dia tertembak di kepalanya ketika sedang berusaha mengikutiku. Malam itu juga aku ditawan oleh pasukan Amerika. Aku tidak berpikir akan selamat sekiranya aku ditangkap di pos tempatku bertugas."
"Mereka tahu apa yang telah aku lakukan pada teman-teman mereka. Aku yakin pasukan pendarat pertama itu tak akan memberiku ampun sekiranya aku tertangkap oleh mereka."
"Aku mengatakan kepada David (Silva) akan mimpi-mimpi yang berulangkali kualami tentang dua orang di hari itu - orang Amerika pertama yang kubunuh dan Oberleutnant Frerking. Kenangan itu membuatku menangis."
"Sebenarnya tak ada kejayaan sama sekali di pantai pada hari itu... hanya begitu banyak darah, teriakan, dan nyawa-nyawa melayang dari jiwa-jiwa muda."
Sumber : http://alifrafikkhan.blogspot.comFoto koleksi pribadi Heinrich Severloh
www.de.academic.ru
www.en.wikipedia.org
www.forum.axishistory.com
www.gr916.co.uk
www.normandie-1944.over-blog.com
www.omahabeach.vierville.free.fr
www.panzergrenadier.net
www.wehrmacht-awards.com
"Aku masih ingat orang pertama yang mati di tanganku. Dia baru saja keluar dari kendaraan pengangkutnya dan sedang mencari-cari tempat untuk berlindung. Aku menembaknya tepat di kepalanya, dan helmnya pun terpental kembali ke lautan. Lalu dia jatuh. Aku tahu dia telah mati. Apa lagi yang harus kulakukan? Mereka atau aku. Itulah yang aku pikirkan."
"Hanya ada 30 orang di antara kami, dan semuanya mempunyai satu pikiran di kepalanya: apakah kami akan keluar dari sini hidup-hidup?"
"Aku tidak ingin berada di perang ini. Aku tidak ingin berada di Prancis. Aku tidak ingin menembakkan senapan mesinku ke arah pemuda-pemuda yang masih seumuran denganku. Tapi disinilah kami, menjalani sebuah peperangan yang sudah pasti berakhir dengan kekalahan dan patuh mengikuti perintah dari Oberleutnant kami - untuk mulai menembak tak lama setelah air berada setinggi lutut mereka."
"Aku mulai menembak pada pukul 5 pagi hari... dan tetap menembakkannya sembilan jam kemudian. Tidak ada kepanikan atau kebencian. Kami melakukan apa yang memang harus kami lakukan karena yakin bahwa mereka pun akan melakukannya apabila diberikan kesempatan."
"Pada awalnya tumpukan mayat itu berada 500 meter jauhnya, kemudian menjadi 400, kemudian 150. Darah dimana-mana, juga teriakan, manusia yang mati dan sekarat. Gelombang ombak membawa banyak mayat kembali ke lautan."
"Terdapat waktu istirahat sebentar ketika perahu pendarat yang selanjutnya belum mendarat, dan aku dapat mendinginkan senapan mesinku."
"Aku tahu bahwa beberapa kameradku telah pergi melarikan diri, tapi aku mempunyai bayangan buruk akan diketahui oleh atasanku dan diajukan ke mahkamah militer sehingga aku memutuskan untuk tetap diam di pos tempatku bertugas."
"Di awal siang aku baru menyadari bahwa aku adalah orang terakhir yang masih menembak. Aku dapat melihat tank-tank musuh bermanuver di pantai dan aku tahu bahwa aku tak dapat menahan mereka seorang diri lebih lama lagi."
"Kemudian aku mendengar sebuah perintah diteriakkan oleh Oberleutnant Frerking - orang yang baik dan, di usia 32 tahun, telah menjadi veteran - bahwa kami harus mundur dari medan pertempuran."
"Aku lari dari satu lubang bekas bom ke lubang lainnya di belakang kompleks bunker kami. Aku menunggu tapi dia tak pernah datang."
"Aku mengunjungi makamnya di Normandia sepuluh tahun setelah perang. Dia tertembak di kepalanya ketika sedang berusaha mengikutiku. Malam itu juga aku ditawan oleh pasukan Amerika. Aku tidak berpikir akan selamat sekiranya aku ditangkap di pos tempatku bertugas."
"Mereka tahu apa yang telah aku lakukan pada teman-teman mereka. Aku yakin pasukan pendarat pertama itu tak akan memberiku ampun sekiranya aku tertangkap oleh mereka."
"Aku mengatakan kepada David (Silva) akan mimpi-mimpi yang berulangkali kualami tentang dua orang di hari itu - orang Amerika pertama yang kubunuh dan Oberleutnant Frerking. Kenangan itu membuatku menangis."
"Sebenarnya tak ada kejayaan sama sekali di pantai pada hari itu... hanya begitu banyak darah, teriakan, dan nyawa-nyawa melayang dari jiwa-jiwa muda."
Sumber : http://alifrafikkhan.blogspot.comFoto koleksi pribadi Heinrich Severloh
www.de.academic.ru
www.en.wikipedia.org
www.forum.axishistory.com
www.gr916.co.uk
www.normandie-1944.over-blog.com
www.omahabeach.vierville.free.fr
www.panzergrenadier.net
www.wehrmacht-awards.com
No comments:
Post a Comment